Inilah 4 Kerugian ANTV dan TVONE Siarkan Piala Dunia 2014


Asriyatno.Com - Pada Juni 2012, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) mengumumkan secara resmi bahwa dua stasiun televisi di bawah naungannya yakni antv dan tvOne mengantongi hak siar untuk gelaran sepak bola terbesar sejagat, Piala Dunia 2014. Dua televisi mendapat label sebagai official broadcasters World Cup 2014.

PT Bakrie Capital Indonesia sebagai holding VIVA mengumumkan bahwa pihaknya resmi memperoleh hak siar Piala Dunia 2014 Brasil untuk Indonesia. VIVA sukses merebut hak siar Piala Dunia pemegang sebelumnya yakni PT Media Nusantara Citra (MNC) Tbk milik taipan media Hary Tanoesoedibjo.

Terhitung mulai 12 Juni hingga 13 Juli 2012, dua televisi milik perusahaan Bakrie tersebut secara total menyiarkan 64 pertandingan termasuk opening dan closing ceremony serta partai final Piala Dunia.

Presiden Direktur VIVA Anindya Novyan Bakrie mengaku optimis pertumbuhan keuangan perseroan bakal mencapai 28-30 persen berkat kontribusi penyiaran Piala Dunia.

Wakil Presiden Direktur VIVA Robertus B. Kurniawan mengatakan, perseroan melihat gelaran World Cup 2014 sebagai momen penting untuk memacu dan memaksimalkan kinerja bisnis perseroan beserta anak usahanya.

Dia sangat yakin, Piala Dunia yang diselenggarakan bersamaan dengan masa Ramadan dan Pemilu 2014 bakal mendongkrak pendapatan perseroan hingga 30 persen. Jumlah penonton pun diprediksi naik 7-8 kali lipat.

"30 persen revenue itu dari World Cup, Ramadhan, sama Pemilu," kata Robertus saat itu.

Untuk mengantongi lisensi atau hak siar Piala Dunia, VIVA harus menggelontorkan dana besar. Nilainya disebut-sebut mencapai USD 65 juta atau setara Rp 764 miliar. VIVA rela merogoh kocek besar dengan harapan kinerja bisnis perusahaan bakal meningkat. Sebab, Presiden Direktur VIVA saat itu, Erick Thohir menjelaskan, dua televisi tersebut punya kontribusi besar ke VIVA. Jika keduanya menyiarkan Piala Dunia, maka pertumbuhannya bakal lebih besar.

Untuk kedua televisi ini, kontribusi pendapatan ke VIVA dari tahun 2012 ke 2013 tumbuh 20,3 persen tanpa world cup sekitar Rp 1,6 triliun. Kemudian, pada kuartal I-2014 jika dibandingkan kuartal I-2013 kita tumbuh 27 persen. "Jadi fundamental sangat penting. Jadi setelah world cup ini bagaimana harus mempertahankan," katanya.

Namun di akhir penyelenggaraan Piala Dunia, grup VIVA dirundung duka. Harga saham anjlok di perdagangan bursa. Salah satunya disinyalir karena kinerja keuangan perseroan yang tidak bagus. Santer beredar kabar, penyebabnya adalah kerugian dalam penyiaran Piala Dunia.

"Laporan keuangannya pasti akan hancur. Lihat saja nanti," ujar analis PT Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo Adi Joe. Ketika hendak dikonfirmasi, sekretaris perusahaan VIVA Neil Tobing belum memberikan respons. Telepon genggamnya tidak aktif.

Dari analisa Kiswoyo, seperti dikutip merdeka.com, inlah kerugian yang dialami VIVA dalam penyiaran Piala Dunia. Berikut paparannya.


Utang miliaran rupiah

Guna mendapat hak siar, VIVA harus menggelontorkan dana Rp 764 miliar. Persoalannya, besarnya dana yang dikeluarkan untuk mendapat lisensi Piala Dunia tidak berbanding lurus dengan dana yang diperoleh dari iklan.

VIVA harus menelan kenyataan pahit mengalami kerugian. Namun, kata dia, mantan CEO VIVA Eric Thohir menampik kabar tersebut.


"Lisensi World Cup dari FIFA kan di atas Rp 600 miliar sedangkan iklan yang masuk kurang dari Rp 100 miliar. Coba lihat iklan Piala Dunia sedikit, kemarin Erick Thohir bilang sudah menutupi iklan, tapi dilihat iklanya tidak sampai Rp 600 miliar, belum lagi dilihat dari rate waktunya cuma berapa menit saja," ujarnya ketika dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (13/7).


Pemasukan iklan minim

Kiswoyo menuturkan, pemasukan iklan di VIVA tidak lebih dari Rp 100 miliar. Iklan yang ditayangkan pun bisa dibilang sangat sedikit.

"Coba lihat iklan Piala Dunia sedikit, belum lagi dilihat dari rate waktunya cuma berapa menit saja," ujarnya ketika dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (13/7).


Dia menyebutkan, minimnya kontribusi iklan sangat terlihat. Terutama jika dibandingkan dengan gelaran yang sama empat tahun lalu. "Coba bandingkan Piala Dunia 4 tahun lalui di televisi lain," jelas dia.


Terganjal aturan iklan rokok

Analisanya, salah satu yang membuat iklan di penyiaran Piala Dunia kali ini minim adalah rendahnya kontribusi iklan rokok. Selama ini iklan utama penyiaran sepak bola di tanah air disumbang dari rokok.

Namun setelah adanya Permenkes No 28 Tahun 2013 yang membatasi iklan, promosi, dan sponsorsip rokok di seluruh media cetak maupun elektronik, otomatis pendapatan iklan rokok jauh berkurang.

Salah satu batasan dalam aturan tersebut adalah tidak diperkenankan sponsorship dari perusahaan rokok untuk semua kegiatan, baik yang bersifat pendidikan, kesenian, olahraga, maupun kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).


"Iklan bola itu utamanya dari Rokok. Djarum dulu berani bayar mahal, sekarang rokok tidak bisa pasang iklan seperti itu lagi karena peraturan dari pemerintah," papar dia.


Laporan keuangan hancur


Lebih lanjut Kiswoyo menjelaskan, kerugian dalam penyiaran Piala Dunia akan terlihat dalam laporan keuangan perusahaan semester satu tahun ini. Kinerja keuangan diprediksi anjlok. "Pasti akan hancur laporan keuangannya, tunggu saja," ungkapnya.[merdeka]


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Komentar tidak nyambung (SPAM) akan Saya DELETE
Komentar dengan Keyword Saya tidak jamin akan Tayang
Komentar dengan Link Hidup Tidak bakal Saya Approve!!!

.